Pola
tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu.
Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka
dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola
tanam. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara
optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan
tumbuh antara kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati
kesamaan.
Pola
tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahan kaedah teoritis dan
keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan
tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan
yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua
hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak.
Selain
pola tanam, ada juga istilah yang disebut pola hubungan tanaman. Yaitu hubungan
yang dibentuk antar individu-individu tanaman pada lahan yang telah ditanami.
Pola hubungan tanaman bertujuan untuk mengatur agar semua individu tanaman
dapat memanfaatkan semua lingkungan tumbuhnya agar tumbuh optimal dan seragam,
serta untuk pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa macam pola hubungan
tanaman. Pertama, pola hubungan barisan (row spacing), pola hubungan ganda
(double row spacing), pola hubungan sama sisi (square spacing), dan pola
hubungan segitiga sama sisi (equidistance spacing).
Pola
tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan dibudidayakan
dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi pola
tanam :
a. Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim
kemarau akan berpengaruh pada persediaan air untuk tanaman dimana pada musim
hujan maka persediaan air untuk tanaman berada dalam jumlah besar, sebaliknya
pada musim kemarau persediaan air akan menurun.
b. Topografi
Merupakan letak atau ketinggian lahan
dari permukaan air laut, berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban udara dimana
keduanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
c. Debit/Ketersediaan
Air Yang Tersedia
Debit air pada musim hujan akan lebih
besar dibandingkan pada musim kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah
debit saat itu mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.
d. Jenis
Tanah
Yaitu tentang keadaan fisik, biologis
dan kimia tanaman
e. Sosial
Ekonomi
Dalam usaha pertanian
faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk dirubah, sebab berhubungan dengan
kebiasaan petani dalam menanam suatu jenis tanaman.
Berdasarkan pada tujuan
pola tata tanam diatas ada beberapa faktor yang diperhatikan untuk merencanakan
pola tata tanam, yaitu:
1. Awal
tanam
Wilayah Indonesia memiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Oleh karena itu dalam pola tata tanam awal
tanam merupakan hal yang penting untuk direncanakan. Pada awal tanam, biasanya
musim hujan belum turun sehingga persediaan air relatif kecil. Untuk
menghindari kekurangan air, maka urutan tata tanam pada waktu penyiapan lahan
diatur sebaik-baiknya.
2. Jenis
tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat
kebutuhan air yang berdeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, jenis tanaman yang
diusahakan harus diatur agar kebutuhan air dapat terpenuhi.
a. Tanaman
padi
Padi
merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama pertumbuhannya. Perkiraan
kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali kebutuhan air untuk tanaman
palawija.
b. Tanaman
tebu
Selain
tanaman padi, tanaman lain yang perlu diperhatikan dalam hal pengairan adalah
tanaman tebu. Tanaman tebu diberi air secukupnya pada musim kemarau tetapi tebu
tidak perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman tebu
adalah 1,5 kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
c. Tanaman
palawija
Yang
termasuk dalam tanaman palawija antara lain: jagung, kedelai, tembakau, kapas,
cabe, kacang dan lain-lain. Tumbuhan tersebut biasanya ditanam dalam musim
kemarau dan tidak membutuhkan banyak air. Kebutuhan air untuk tanaman palawija
adalah 0,2- 0,25 l/dtk/ha.
3. Luas
areal
Semakin luas areal persawahan yang
diairi, maka kebutuhan air irigasi semakin banyak. Pengaturan luas tanaman akan
membatasi besarnya kebutuhan air tanaman. Pengaturan ini hanya terjadi pada
daerah yang airnya terbatas. Luas tanam juga mempengaruhi besarnya intensitas
tanam. Intensitas tanam adalah perbandingan antara luas tanam per tahun dengan
luas lahan.
4. Debit
yang tersedia
Apabila debit yang tersedai cukup besar,
maka hampir semua jenis tanaman dapat dipenuhi kebutuhannya sehingga pada
umumnya pemberian air dapat dilakukan terus menerus. Penentuan jenis pola tata
tanam disesuaikan dengan debit air yang tersedia pada setiap musim tanam. Jenis
pola tanam suatu daerah irigasi dapat digolongkan menjadi :
a) Padi
– Padi
b) Padi
– Padi – Palawija
c) Padi
– Palawija – Palawija
2.1
Macam
Jenis Pola Tanam
a.
Monokultur
Monokultur
berasal dari kata mono dan culture. Mono berarti satu. Culture berarti
pengelolaan / pengolahan. Jadi pola tanam monokultur merupakan suatu usaha
pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan tujuan membudidayakan satu
jenis tanaman dalam waktu satu tahun. Lebih ringkas, monokultur merupakan pola
tanam denan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian
selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman
tersebut dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun).
Pemilihan
pola tanam monokultur sangat dipengaruhi oleh tujuan suatu usaha tani dan juga
keberadaan akan faktor-faktor pertumbuhan khususnya air. Untuk suatu usaha tani
dengan tujuan komersial, terdapat kecenderungan untuk memilih pola tanam
monokultur. Pada usaha tani komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan
tujuan akhir yang akan dicapai. Pada monokultur bisa mengintensifkan tanaman yang paling memiliki nilai ekonomis
sehingga hasil produksi pertanian bernilai ekonomi tinggi akan tinggi pula.
Selain itu, pada penanaman monokultur akan lebih mudah dan murah dalam
perawatan karena hanya ada satu tanaman. Kemudahan dan kemurahan ini akan
semakin mengefektif dan mengefisienkan proses produksi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan keuntungan suatu usaha tani.
Pada
suatu lahan dengan irigasi teknis yang memadai, hampir bisa dipastikan kalau
pola tanam yang digunakan adalah monokultur tanaman padi. Hingga saat ini, padi
merupakan makanan pokok bagi lebih dari tiga perempat penduduk di Indonesia.
Padi merupakan salah satu komoditas yang harganya tidak terlalu fluktuatif
seperti komoditas yang lainnya. Menanam padi secara monokultur pada lahan
dengan irigasi yang memadai seperti menjadi penjamin kehidupan petani karena
harga padi yang akan selalu memadai. Selain itu, padi merupakan salah satu
tanaman yang tahan terhadap genangan sehingga menjadi primadona pada lahan
sawah yang irigasinya baik (air tersedian sepanjang tahun).
Pola
monokultur merupakan suatu pola tanam yang bertentangan dengan aspek ekologis.
Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan dalam jangka waktu yang
lama telah membuat lingkungan pertanian yang tidak mantap. Ketidak mantapan
ekosistem pada pertanaman monokultur dapat dilihat dari masukan-masukan yang harus
diberikan agar pertanian dapat terus berlangsung. Masukan-masukan yang dimaksud
adalah pupuk ataupun obat-obatan kimia untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman. Ketidakmantapan ekosistem juga dapat dilihat dari meledaknya poulasi
suatu jenis hama yang sulit dikendalikan karena musuh alami untuk setiap jenis
hama yang menyerang terbatas jumlahnya.
Pada
intinya, kelebihan usaha tani dengan pola monokultur adalah dapat
mengintensifkan suatu komoditas pertanian serta lebih efisien dalam pengelolaan
yang nantinya diharapkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kelemahan
dari pola monokultur ini adalah perlunya mendapatkan input yang banyak agar
didapatkan hasil yang banyak. Selain itu, pola monokultur menyebabkan
meledaknya populasi hama yang membuat berkurangnya hasil pertanian. Kerugian
lain adalah tidak adanya nilai tambah komoditas lain karena tidak adanya
komoditas lain yang ditanam bersama dengan komoditas utama.
b.
Polikultur
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly
berarti banyak dan culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur
adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam
waktu satu tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu
waktu atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu
waktu contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah dalam
satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya penanaman padi
pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman jagung pada musim
kedua.
Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh aspek
lingkungan dan juga sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha tani. Aspek
lingkungan yang paling berpengaruh adalah ketersiediaan air. Umumnya, pada
daerah pertanian yang curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi
teknis tidak tersedia, pola yang digunakan adalah pola polikultur. kebutuhan
air untuk setiap jenis tanaman sangat beragam. Curah hujan yang tidak merata
mungkin tidak akan mencukupi kebutuhan air untuk tanaman yang membutuhkan
banyak air seperti padi. Untuk meminimalisir gagal panen, maka pada musim di
mana hujan sangat minim, lahan ditanami dengan tanaman yang hanya membutuhkan
sedikit air, seperti jagung atau kacang hijau.
Dari sisi sosial ekonomi masyarakat, polikultur umunya
merupakan pola tanam
yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tujuan usaha taninya adalah
untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Pada sistem sosial yang demikian,
terdapat kecenderugan bahwa yang paling penting adalah tetap memperoleh hasil
panen daripada mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Menanam lebih dari satu
jenis tanaman menjadi semacam penjamin untuk tetap mendapatkan hasil panen.
Ketika salah satu komoditas tidak bisa dipanen, maka masih ada komoditas yang
lain yang bisa dipanen.
Efisiensi penggunaan lahan juga digunakan sebagai
alasan untuk bertanam secara polikultur. Pada komoditas tanaman yang jarak
tanamnya renggang, masih ada ruang-ruang kosong diantara baris pertanaman yang
belum termanfaatkan. Polikultur merupakan usaha untuk memanfaatkan tanah-tanah
kosong tersebut.
Selain efisiensi penggunaan lahan dan diperolehnya
hasil panen yang beragam, pola tanam polikultur juga memiliki beberapa
keuntungan. Yang pertama, polikultur merupakan usaha untuk mengurangi ledakan
populasi organism pengganggu tanaman. Tanaman yang beragam dalam satu lahan
membuat hama dan penyakit tidak focus menyerang pada satu komoditas, akibatnya,
organism pengganggu akan mudah dikendalikan dan tidak mengalami ledakan. Selain
itu, seringkali, suatu tanaman dapat mengusir keberadaan hama untuk tanaman
lain, misalnya adalah bawang daun yang dapat mengusir hama aphid dan ulat pada
tanaman kubis.
Selanjutnya, polikultur seringkali mampu menambah
kesuburan tanah secara alami sehingga meningkatkan hasil komoditas utamanya.
Misalnya, penanaman kacang-kacangaan di sela-sela penanaman jagung dapat
meningkatkan kandungan N dalam tanah karena kacang-kacangan mampu memfiksasi
nitrogen dari udara. Dengan demikian, hasil tanaman jagung dapat
meningkat.
Selain terdapat beberapa keuntungan, pola tanam
polikultur juga memiliki beberapa kelemahan. Dengan semakin banyaknya populasi
tanaman dalam satu lahan, maka persaingan tanaman utnuk mendapatkan hara dan
faktor pertumbuhan lainnya juga akan semakin tinggi. Kompetisi yang tinggi
tidak jarang juga dapat mengurangi hasil tanaman. Semakin banyak tanaman
menyebabkan semakin banyak Janis hama yang menyerang . Dengan demikian,
pengendalian hama akan menjadi semakin sulit, walaupun tidak sampai menyebabkan
ledakan populasi hama. Keanekaragaman tanaman juga akan mengurangi efisiensi
dalam melakukan perawatan sehingga diperlukan lebih banyak tenaga kerja. Pola
tanam Polikultur terbagi menjadi :
a. Tumpang
sari (Intercropping)
Tumpangsari
adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama
periode tanam pada satu tempat yang sama. Keuntungan tumpang sari yaitu:
1) Mencegah dan mengurangi pengangguran
musim
2) Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat
petani
3) Adanya pengolahan tanah yang minimal
4) Jika tanaman tumpang sari berhasil
semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
5)
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen,
dapat diperoleh tanaman yang satu lagi.
Tidak semua tanaman yang dapat ditumpang
sarikan. Ada beberapa syarat yang dipilih dalam menentukan tanaman yang akan
ditumpang sarikan. Syarat – syarat Tumpang Sari tersebut antara lain:
1) Famil
harus sama agar pola pertumbuhan dan bahan makanan yang diperlukan sama dan
tidak saling menghambat pertumbuhan
2) Bagian
tanaman yang dipanen setidaknya harus sama agar hama yang akan menyerang tidak
focus pada satu jenis tanaman saja
3) Syarat
tumbuh tanaman harus diperhatikan agar tidak saling berebut kebutuhan nutrisi.
4) Sistem
perakaran harus berbeda, jika sistem perakaran sama maka tanaman tersebut akan
memperebutkan unsure hara yang terkandung dalam tanah yang dapat mengakibatkan
penghambatan tubuh tanaman.
Salah satu jenis
tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada pola tanam tumpangsari tanaman
jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan untuk
ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara
kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga kekurangan nitrogen
pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada kedelai.
b. Tumpang
gilir ( Multiple Cropping ), adalah teknik budidaya tanaman dengan menanam
lebih dari satu tanaman pada satu musim, kemudian dilanjutkan menanam lebih
dari satu jenis tanaman pada musim berikutnya dengan lahan yang sama dalam
waktu satu tahun. Tumpang gilir adalah tumpang sari yang dilakukan secara
berurutan dan lebih dari satu periode tanam dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Faktor-faktor tersebut
adalah :
1)
Pengolahan yang bisa dilakukan
dengan menghemat tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan
kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
2)
Hasil panen secara beruntun
dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan
3)
Dapat mencegah serangan hama
dan penyakit yang meluas
4)
Kondisi lahan yang selalu
tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi
5)
Kondisi lahan yang selalu
tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi
6)
Sisa komoditi tanaman yang
diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai,
kacang tanah, dll.
c.
Tanaman Bersisipan ( Relay
Cropping ),
Merupakan pola tanam
dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam
waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda).
Pada umumnya tipe ini
dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan. Dengan demikian kemampuan lahan
untuk menghasilkan sesuatu produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola
dituntut untuk semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar
waktu dan nilai ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.
Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan
kacang panjang.
d.
Tanaman Campuran ( Mixed
Cropping ),
Merupakan penanaman
terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya,
semua tercampur jadi satu. Tanaman campuran (mixed cropping) adalah teknik
budidaya tanaman yang membudidayakan lebih dari satu tanaman pada satu lahan
yang sama pada periode tanam yang sama tetapi jarak tanam dan barisan antar
tanaman tidak diperhatikan. Tanaman campuran adalah tumpang sari yang tidak
memperhatikan jarak tanam. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai,
ubi kayu.
e.
Tanaman bergiliran ( Sequential
Planting)
Merupakan penanaman lebih
dari satu jenis komoditas yang dilakukukan pada satu lahan pertanian dalam
waktu yang tidak bersamaan (bergiliran). Komoditas lain baru ditanam setelah
satu komoditas dipanen. Jadi, dalam satu periode tanam hanya menanam satu jenis
komoditas.
Perbedaan Tumpang Sari dan Monokultur
Tumpang sari
|
Monokultur
|
- Akan
terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun
penyerapan sinar matahari),
- Populasi
tanaman (berbeda) dapat di atur sesuai yang dikehendaki
- Dalam
satu areal diproduksi lebih dari satu komonitas
- Tetap
mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang
diusahakan gagal
- Kombinasi
beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan
penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini
kesuburan tanah.
|
- Tidak
terjadi peningkatan efisiensi
- Tidak
dapat mengatur populasi, karena hanya terdapat satu jenis
- Tidak
ada peluang bila satu jenis tanaman yang diusahakan gagal
- Kombinasi
beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan
penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini
kesuburan tanah.
|
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Arif Mieftah. 2013. Macam-macam
Pola Polikultur. http://www.anakagronomy.com/ 2013/01/macam-macam-pola-polikultur.html.
Hidayat, Arif Mieftah. 2013. Pola Tanam
Monokultur. http://www.anakagronomy.com/2013 /01/pola-tanam-monokultur.html.
Hidayat, Arif Mieftah. 2013. Pola Tanam
Polikultur. http://www.anakagronomy.com/2013/01 /pola-tanam-polikultur.html.
Setyawati
W, dan A.A Asandhi. 2003. Pengaruh sistem pertanaman monokultur dan tumpangsari
sayuran crucifera dan solanaceae terhadap hasil da struktur dan fungsi
komunitas artropoda. Jurnal Hortikultura 13:
41-57.
Syaiful
A.S., A.Yassi, N. Rezkiani. 2011. Respon tumpangsari tanaman jagung dan kacang
hijau terhadap sistem olah tanah dan pemberian pupuk organik. Jurnal Agronomika 1: 13-18.
Thahir, 1999. Tumpang Gilir. PCU Yasaguna, Jakarta.
Vitriyatul, Vita. Laporan Pola Tanam. http://blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/06/26/laporan-pola-tanam/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar